Materi Pendidikan dan Latihan
Senam Teknik Kombinasi
Senam Teknik Kombinasi merupakan susunan gerak silat Perisai
Diri yang dilatihkan kepada pesilat di setiap sesi pelatihan. Sekilas seperti
rangkaian jurus di silat pada umumnya, namun Senam Teknik Kombinasi bukanlah
rangkaian yang perlu dihafalkan seperti jurus di perguruan silat lain.
Rangkaian gerak Senam Teknik Kombinasi dibuat oleh para
pelatih setempat pada saat latihan berlangsung. Rangkaian yang berjumlah antara
5 sampai 10 gerak ini dibuat berdasarkan imajinasi pada saat pesilat melakukan
Serang Hindar dengan seorang lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut
dilaksanakan dengan tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang berkali-kali.
Tujuan dari latihan Senam Teknik Kombinasi ini adalah untuk
menciptakan kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks
yang baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot para
pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam Teknik
Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, baik tangan kosong
ataupun menggunakan senjata.
Teknik Senjata
Mulai tingkat dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri
tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata
dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar
penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata
pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya mewakili
senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan
berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata.
Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata lain, seperti celurit,
trisula, abir, tombak, golok, pedang samurai, pentungan, kipas, teken, payung,
roti kalong, senapan, bayonet, dsb.
Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman
bagi pesilat tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik
senjata, maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai
contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan
kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi
benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau bahkan pulpen dan
pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat akan
mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila memang keadaan
sudah mendesak.
Serang Hindar, Serang Balas dan Beladiri
Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh
pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar. Pada latihan ini
akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat,
tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan,
kemungkinan cedera amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip
dasar dalam melakukan serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang
Hindar inilah yang melahirkan motto "Pandai Silat Tanpa
Cedera". Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan
dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.
Dalam latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling
berhadapan satu sama lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang
memperhatikan. Seorang pesilat disebut sebagai A dan seorang lagi disebut
dengan B. Pelatih memberi aba-aba "hup !", bersamaan dengan itu
A menyerang B dengan satu gerakan, sementara B diam menunggu serangan itu dekat
dan kemudian bergerak ke samping untuk melepaskan diri dari serangan A. Pelatih
terus memberi aba-aba hingga 10 kali untuk A menyerang B dan B harus menghindar
saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai, giliran B yang menyerang pada 10
aba-aba kedua.
Itulah salah satu metode latihan berpasangan di silat
Perisai Diri yang dikenal dengan sebutan Serang Hindar. Metode Serang Hindar
ini telah diformulasikan oleh Pak Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi kedua
pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan dan hindaran
yang sesuai dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.
Metode berpasangan yang lain di Perisai Diri adalah Serang
Balas. Pada metode Serang Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan
serangan terhadap B dan B menghindar, kemudian B membalas menyerang A dan A
menghindar. Satu set A serang B hindar dan B balas A hindar, adalah
implementasi dari metode Serang Balas. Pada 10 aba-aba pertama, A mendapatkan
kesempatan menyerang pertama kali dan B membalas setelah melakukan hindaran
sempurna, sementara pada 10 aba-aba kedua akan ditukar oleh pelatih, yaitu B
menyerang terlebih dahulu.
Tujuan dari latihan Serang Balas ini adalah untuk melatih
pesilat, terutama bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit
dilihat oleh lawan, tetapi akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan.
Inilah yang disebut hindaran yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga
harus mempelajari bagaimana ia harus meletakkan langkah mereka agar dapat
mempercepat serangan balasan berikutnya.
Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri
adalah Beladiri. Beladiri adalah dimana saat A menyerang dan B
menghindar sambil melepaskan serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan
Beladiri. Jadi perbedaannya dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak
melakukan hindaran sempurna baru membalas, namun B melakukan hindaran dan
serangan dalam satu gerakan.
Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan
pukulan ke arah depan, ketika pukulan tersebut dekat, maka B bergerak ke
samping sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata. Dalam hal ini, maka B
melakukan Beladiri.
Ketiga metode di atas, Serang Hindar, Serang Balas dan
Beladiri akan diajarkan kepada pesilat Perisai Diri baik dari tingkat Dasar
sampai tingkat yang tinggi sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik
menggunakan tangan kosong ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan
toya.
Teknik Asli
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat
dari berbagai daerah di Indonesia yang dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan
karakter dari masing-masing aliran. Teknik Asli dalam silat Perisai Diri juga
digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi). Dengan kreativitas Pak Dirdjo,
gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat
Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat
unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai
frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat. Teknik
Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu :
- Burung Meliwis
- Burung Kuntul
- Burung Garuda
- Harimau
- Naga
- Satria
- Pendeta
- Putri
Selain teknik tersebut di atas, ada beberapa teknik yang
menjadi kekayaan teknik silat Perisai Diri, di antaranya yaitu Kuda Kuningan,
Lingsang, Satria Hutan dan Kera, serta beberapa teknik dari beberapa daerah di
Indonesia, di antaranya yaitu Minangkabau, Jawa Timuran, Cimande, Bawean dan
Betawen.
Teknik Minangkabau
Nama teknik Minangkabau diambil karena gerakan teknik ini
mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Salah satu
tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan
otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya
bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah.
Untuk menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului
dengan membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini
adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu.
Ketika
lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat
cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan
dilanjutkan dengan serangan berikutnya.
Teknik Burung Meliwis
Burung Meliwis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak,
yaitu bergerak dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini
adalah untuk melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak
dengan ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan
sendirinya akan melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan.
Oleh karena itu, ia hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah
seperti mata dan leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya dengan
cepat ke arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga
mempersulit lawan untuk menolak.
Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan
pergelangan tangannya untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu.
Teknik ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak
dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.
Teknik Burung Kuntul
Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima
pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat
diajarkan untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga
saat bergerak ringan.
Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang
bagian lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu
macam tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.
Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut.
Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan
sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola
serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada
umumnya. Serangan Kuntul selalu mengarah ke samping.
Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya
sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan
mencapai target.
Teknik Burung Garuda
Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung
lainnya. Oleh karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda
memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi.
Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan
bagaimana cara menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat
menyerang atau menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah,
tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan
Meliwis dan Kuntul.
Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai
perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan
kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.
Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan
menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher
tersebut dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus
merobek kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian
tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis mata.
Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya
ke bagian lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan
jarak pendek ke arah kemaluan lawan.
Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda
memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan
atas.
Teknik Harimau
Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki
kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan
fleksibilitas gerakan.
Teknik ini di adaptasi dari karakter hewan aslinya yang
disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik
dibanding Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk
meningkatkan kecepatan dan tenaga.
Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang
ataupun tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda
agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan,
dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat
posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala.
Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala.
Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti
cakar, telapak tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini
akan menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya. Target
sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher,
dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.
Teknik Naga
Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik
silat Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan
terakhir di Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara
langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros
tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang
dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya karena teknik ini telah
menyatukan kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan sebagai
tambahan tenaganya.
Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah
mereka yang telah menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka
mendapatkan pelajaran Pernapasan Tahap 1, yang akan berfokus untuk meningkatkan
tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena para
Asisten Pelatih mengkombinasikan teknik dan pernapasan ke dalam aplikasinya.
Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher,
paha dan tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi
sasaran serangan apabila daerah tersebut terbuka.
Teknik Satria
Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat
akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah
Satria. Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh
kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu
teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewananannya, seperti
liar, buas dan brutal. Satria akan berfikir tepat sebelum bertindak dan
melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri.
Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang
pesilat juga menerima pelajaran Pernapasan Tahap 2, yang difokuskan untuk
meledakkan tenaga.
Karena kemampuan dari dua tahap Pernapasan tersebut, sifat
teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang,
Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan
memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik ini tidak melakukan
gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik Harimau dan Naga.
Teknik Pendeta
Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu
memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke
dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak
banyak merusak ataupun menghancurkan persendian lawan.
Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta
tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik asli ini
sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan.
Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana.
Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang
dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan istilah
Gizoboge.
Perlengkapan yang digunakan saat menyerang adalah kepalan
tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini
selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan
beberapa bagian persendian.
Teknik Putri
Teknik Putri adalah teknik tertinggi di Perisai Diri.
Karakter dari teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba
berubah menjadi sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri
menggabungkan seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya,
ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik
lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti bahwa
Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar
tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan dengan lawan.
Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu
gerakan. Baik itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak.
Teknik inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga
yang ia keluarkan semakin sedikit. Gizoboge (perputaran badan) selalu diaplikasikan
dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan Tahap 3 yang selalu mengiringi
geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat lawan.
Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia
tidak berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu.
Teknik Olah Pernapasan
Ketika pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih, ia
akan mulai menerima pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk
kebugaran maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri
dibagi menjadi 3 tahap.
Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang
pesilat akan belajar teknik pernafasan untuk menambah tenaga dan membuat
otot-otot menjadi keras. Hal ini untuk meningkatkan tenaga setiap pesilat.
Namun pada saat pembelajaran tahap ini, ada kemunduran yang akan dialami dari
sisi kecepatan. Bahwa kecepatan si pesilat akan menurun dari kecepatan
sebelumnya.
Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan latihan
Pernafasan Tahap 1, maka ia harus langsung melanjutkannya ke latihan Pernafasan
Tahap 2. Pada tahap 2 ini akan di fokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang
telah mampu dihimpun sebagai hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan untuk di
lepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan bahkan
hindaran. Dengan melalui proses tahap 2, maka kecepatan seorang pesilat
berangsur-angsur akan kembali seperti semula dan bahkan dapat membuat kecepatan
semakin meningkat.
Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah
Pernafasan Tahap 3. Pada tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke
dalam seluruh gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat akan
mampu bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika menghasilkan
tenaga saat diperlukan. Seluruh pola pernafasan, cara implementasi dan
penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh karena itu, pelajaran ini
hanya akan diberikan kepada Pelatih yang dituntun langsung oleh seorang
Pendekar.
Kerokhanian
Kepada pesilat yang telah memiliki kemampuan lebih dalam
ilmu bertarung setelah mempelajari teknik tangan kosong, teknik senjata dan
teknik pernafasan, untuk menyeimbangkan gemblengan fisik sangat perlu diberikan
gemblengan mental spiritual untuk menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang
dalam Perisai Diri dikenal dengan istilah kerokhanian, yang diberikan secara
bertahap untuk memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan
manusia pada umumnya, sehingga diharapkan tercipta pesilat yang bermental baja
dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah
lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara
pengetahuan silat dan kerokhanian akan menjadikan anggota Perisai Diri waspada
dan mawas diri, tidak sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas
segala-galanya ada Sang Pencipta.
0 komentar:
Posting Komentar